PERILAKU KONSUMEN
“Pengaruh Kebudayaan
Terhadap Perubahan Perilaku Konsumen ”
0leh:
HANIDATUL KHUSNAH (12402818)
ZULIYA SURYA CITRA (12402943)
FAIZATUL AINIYAH (12402947)
MOH. MIRZA MAULANA (12402961)
Dosen Pembimbing :
Chavid Moyo
Jaladri, SE. MM
Fakultas :
Manajemen Sore Semester
VII
Universitas
Islam Darul ‘Ulum (UNISDA)
Lamongan
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..……………..…
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…………….….
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
…………………………………………..…………...……… 1
2.
RUMUSAN MASALAH
……………………………………..…………...…….…... 2
3.
TUJUAN MASALAH
………………………....…….…………………...…………. 2
4.
MANFAAT PENULISAN
……………………………………………….…………. 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
…..............……………….…………………..…………..
3
2.
SESEORANG MENEMUKAN NILAI-NILAI YANG DIANUT ..........………………...… 4
3.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN…………...…….. 5
4.
STRUKTUR KONSUMSI ………………………............................................................…... 7
5.
DAMPAK NILAI-NILAI INTI
TERHADAP PEMASAR …………………….……..…..…
7
6.
PERUBAHAN NILAI …………………………………………………………………
8
BAB III PENUTUP
1.
KESIMPULAN ……………………………………………………..………………
10
2.
SARAN ……………………………………………………………………………..
10
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah
diberikan kepada kita. Semoga Shalawat dan Salam selalu dilimpahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammaad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta
pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Kami penyusun
makalah, Alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah “Pengaruh
Kebudayaan Terhadap Perubahan Perilaku Konsumen”. Dan makalah ini kami
ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak
untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Semoga apa yang
kami tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya serta
mendapat ridha dari Allah SWT. Amin
Lamongan, 14
Desember 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Hubungan dari budaya terhadap perilaku
konsumen adalah, budaya digunakan sebagai indikator awal untuk menentukan perilaku
konsumen masyarakat. perusahaan bisa melihat dan menyesuaikan produk dengan
budaya masyarakat trersebut. perilaku konsumen muncul salah satunya karena efek
dari budaya.Budaya
bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan,norma,tata krama, atau perilaku yang ada
dan berkembang di masyarakat. Perilaku konsumen itu sendiri adalah sebuah
kegiatan atau kebiasaan dari konsumen yang bisa dianalisa dan diamati oleh
perusaahaan.Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.Semua orang di dunia ini adalah konsumen. Setiap hari
hidup kita membeli dan mengkonsumsi suatu yang luar biasa berbagai barang dan
jasa. Namun, kita semua memiliki rasa yang berbeda, suka dan tidak suka dan
mengadopsi pola perilaku yang berbeda ketika membuat keputusan pembelian.
Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai
masyarakat, hidup, membeli, dan konsumsi.Pengaruh eksternal seperti budaya,
etnis, dan pengaruh kelas sosial bagaimana konsumen individu membeli dan
menggunakan produk, dan membantu menjelaskan bagaimana kelompok konsumen
berperilaku. Studi budaya mencakup semua aspek masyarakat seperti agama,
pengetahuan, bahasa, hukum, adat, tradisi, musik, seni, teknologi, pola kerja,
produk, dll Budaya adalah sangat penting dan semua pengaruh meresap dalam hidup
kita.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
kebudayaan ?
2.
Apakah nilai-nilai
yang dianut dalam perubahan kebudayaan ?
3.
Apakah pengaruh
kebudayaan terhadap perilaku konsumen ?
4.
Apa saja perubahan
nilai kebudayaan ?
3.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
2.
Untuk mengetahui
nilai-nilai yang dianut
3.
Untuk mengetahui
pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen
4.
Untuk mengetahui
perubahan nilai kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.
Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Definisi
budaya
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di
Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif”
di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2.
Seseorang Menemukan
Nilai- Nilai yang di Anut
Nilai
sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan
sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui
proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang
lain terdapat perbedaan tata nilai
Ciri-ciri
pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut
1. Merupakan
konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
2.
Disebarkan di antara warga masyarakat
(bukan bawaan lahir).
3.
Terbentuk melalui sosialisasi (proses
belajar)
4.
Merupakan bagian dari usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5.
Bervariasi antara kebudayaan yang satu
dengan kebudayaan yang lain.
6.
Dapat memengaruhi pengembangan diri
sosial
7.
Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat.
8.
Cenderung berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan
ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan
dan nilai mendarah daging (internalized value).
Nilai
dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran
dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
1.
Banyak orang yang
menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki
perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi,
hukum, dan sosial.
2. Berapa
lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
3. Tinggi
rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang
Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar
keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
4.
Prestise atau
kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil
dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
Nilai
mendarah daging (internalized value)
Nilai
mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir
atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi
sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan
merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga
yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala
keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi
manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Menurut Notonegoro,nilai sosial
terbagi 3, yaitu:
a.
Nilai material, yaitu
segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
b.
Nilai vital, yaitu
segala sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang.
c.
Nilai kerohanian, yaitu
segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
3.
Pengaruh Kebudayaan
Terhadap Perilaku Konsumen
Pengertian
perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Selain itu
perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert
dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk
membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
1.1. Model perilaku konsumen
Konsumen
mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan
besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana
dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan
sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai
usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami
bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan
daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
1.2. Faktor Budaya
Faktor budaya
memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social
pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan
perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya
yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih
spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis:
kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama
dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan
oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
1.2.1.
Pengaruh
Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya
kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa
bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi
masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis
sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita
ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena
memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis
yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika
seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan
kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah
membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya
yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di
budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan
pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila
dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi
dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi
terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka
miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka
sendiri.
1.2.2.
Pengaruh
Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada
di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk
yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan
menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis,
personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan
dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap
waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan
konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
1.2.3.
Pengaruh
Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat
dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang
mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang
kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang
dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda
mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru
perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia
industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara
informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya dengan
adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan
kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan
berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi
keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu
mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk,
namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan
yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
1.2.4.
Pengaruh
Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah
aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah
(berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi
berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir
hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari
tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang
selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
2.
Struktur Konsumsi
Secara matematis
struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari
keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan
kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada
tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan
dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan
harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan
(equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
3.
Dampak Nilai- Nilai
Inti Terhadap Pemasar
3.1. Kebutuhan
Konsep dasar
yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang
kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik
(makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
3.2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang
dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan.
Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka
atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat
yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada
keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang
bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus
keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut
terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi
kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya
dengan makanan sukayaki dll.
3.3. Permintaan
Dengan keinginan dan
kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan
permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga
muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
4.
Perubahan Nilai
Budaya
juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu :
1.
Budaya merupakan konsep
yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari
pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak
menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal
tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi
kepuasan.
2.
Budaya adalah hal yang
diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan.
Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3.
Kerumitan dari
masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan
ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
4.1. Variasi nilai perubahan
dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya
memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini
dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai
lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara
individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang
utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam
keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi
untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang
individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk
individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim,
persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
4.2. Individual/kolektif
Budaya
individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New
Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India,
dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor
kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada
individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan
nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang
lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang
lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif
dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema
yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif
dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
4.3. Usia muda/tua
Dalam hal ini
apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih
berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain
adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran
usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk
menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan
para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak
mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk
membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka
anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan
akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen
tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan
bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.\
4.4. Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini
adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi
anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya.
Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi
diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh
orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada
beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran
orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan
dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di
Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga
mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan
bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara
mereka.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budaya adalah suatu
pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
B. Saran
Suatu budaya boleh saja
di lestarikan dan di jaga utuh ,tetapi suatu budaya jangan di jadikan sebuah
konsumsi yang berlebihan atau beban,gunakan budaya sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan kalau tidak sesuai malah akan jadi salah kaprah. Mempelajari budaya
yang modern dan cangih bisa menaikan pendapatan seperti halnya berbisnis
online.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar