Minggu, 27 Desember 2015

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA



NAMA                        : ZULIYA SURYA CITRA
NIM                            : 12402943
PRODI                       : MANAJEMEN SMT.7
MK                             : KOMUNIKASI BISNIS
MATERI                    : KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA



KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.  LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa saling berhubungan satu sama lain. Untuk itulah peran komunikasi dibutuhkan. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Oleh sebab itu, menurut dokter Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup, maka mereka memerlukan komunikasi.
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Tidaklah asing bagi kita sebagai warga Negara Indonesia dengan adanya perbedaan budaya di kalangan masyarakat kita, karena mengingat begitu luasnya wilayah indonesia.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, disitulah dibuktikan bahwa sebenarnya budaya itu juga dipelajari.
komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi antar budaya.  Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial dewasa ini, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai Komunikasi antar budaya.




2.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan komunikasi antar budaya ?
2.    Bagaimana fungsi komunikasi antar budaya?
3.    Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip komunikasi antar budaya?
4.    Apa-apa saja hambatan dan masalah dalam komunikasi antar budaya?
5.    Bagaimana menjalin komunikasi yang efektif antar budaya?.

3.   TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah, juga memiliki tujuan lain, yaitu:
1.  Untuk mengetahui pengertian komunikasi dan kebudayaan
2.  Untuk mengetahui fungsi-fungsi komunikasi antar budaya
3.  Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi antar budaya
3.  Untuk mengetahui hambatan dan masalah komunikasi antar budaya
4.  Untuk mengetahui keefektifan komunikasi antar budaya.






BAB II
PEMBAHASAN

1.    KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Dengan berkomunikasi, kita berusaha untuk mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri.
 a.  Carl I. Hovland, “Komunikasi adalah proses y ang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).”
b.   Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada penerima dengan niat untuk mengubah tingkah laku mereka.
c.   Raymond S. Ross, “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
Konsep Dasar Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah”, yang merupakan bentuk  jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut “culture”, yang berasal dari kata latin “colere”, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok yang diwariskan secara turun menurun oleh generasi generasinya. Budaya terbentuk berbagai unsur yang kompleks, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang orang yang berbeda budaya maka menyesuaikan perbedaan perbedaannya, ini membuktikan bahwa budaya itu penting untuk dipelajari.
Maka, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Seperti kita ketahui bahwa budaya mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh aspek komunikasi yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural- Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Tubbs, Stewart L. and Sylvia Moss dalam bukunya “Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi” (1996: 237) menyatakan bahwa, “Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang berbeda budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan, karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.” 
Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang bersangkutan alam alam berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering kita alami sehari-hari, dan bila mana akibatnya fatal kita cenderung menganggap orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks latar belakang kita sendiri dan karena bersifat subyektif. Budaya dan komunikasi merupakan hal yang tak dapat dipisahkan, oleh karena seluruh perbendaharaan perilaku dan komunikasi kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Oleh karena itu, membahas mengenai model komunikasi antar budaya merupakan hal yang menarik untuk dikaji.

2.    FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Fungsi komunikasi antar budaya sendiri dibagi menjadi dua, yaitu fungsi pribadi dan fungsi sosial.
1.  Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a.  Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.
b.  Menyatakan Integrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah:saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.
c.  Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. Sehingga kita tidak hanya mengetahui satu budaya tetapi kita juga dapat mengetahui budaya lain.
d.  Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
2.  Fungsi Sosial
a.  Pengawasan
Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b.  Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.
c.  Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
d.  Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi  antarbudaya. Misalnya menonton  tarian  dari kebudayaan lain. Hiburan  tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
3.    PRINSIP- PRINSIP KOMUNIKASIANTAR BUDAYA
1.   Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2.   Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3.    Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena ketidak-pastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4.    Kesadaran diri dan perbedaan antar budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5.    Interaksi awal dan perbedaan antar budaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6.    Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya.
4.        HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh dari hambatan komunikasi antarbudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
1.  Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
2.  Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3.  Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4.  Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
5.  Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6.  Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7.  Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8.  Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9.  Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.
Masalah Komunikasi Antar Budaya
·       Keanekaragaman dari tujuan tujuan komunikasi.
·       Etnosentrisme (Terlalu Mengagungkan suatu etnis dan memandang rendah etnis lain ).
·       Tidak adanya kepercayaan
·       Penarikan diri
·       Tidak adanya empati
·       Kekuasaan
·       Factor-faktor penghambat komunikasi
·       Hambatan derajat kesamaan/ketidaksamaan
·       Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya
5.  KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
            Sebagaimana sebuah aktivitas komunikasi yang efektif apabila terdapat persamaan makna pesan antara komunikator dan komunikan, demikian juga halnya dengan komunikasi antarbudaya. Tetapi hal ini menjadi lebih sulit mengingat adanya unsur perbedaan kebudayaan antara pelaku-pelaku komunikasinya. Itulah sebabnya, usaha untuk menjalin komunikasi antarbudaya dalam praktiknya bukanlah merupakan suatu persoalan yang sederhana. Terdapat banyak masalah-masalah potensial yang sering terjadi di dalamnya, seperti yang telah di jabarkan diatas.
            Komunikasi antarbudaya yang benar-benar efektif menurut Schramm harus memperhatikan empat syarat, yaitu:
1.  Menghormati anggota budaya lain sebagai manusia .
2.  Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
3.  Menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak.
4.  Komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya yang lain.
Sedangkan De Vito mengemukakan konsepnya tentang efektivitas komunikasi sangat ditentukan dari sejauh mana seseorang mempunyai sikap:
1. Keterbukaan;
  Sikap keterbukaan yang dimaksud De Vito, meliputi:
a.  Sikap seseorang komunikator yang membuka semua informasi tentang pribadinya kepada komunikan, sebaliknya menerima semua informasi yang relevan tentang dan dari komunikan dalam rangka interaksi antarpribadi;
b.  Kemauan seseorang sebagai komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap pesan yang datang dari komunikan;
c.  Memikirkan dan merasakan bahwa apa yang dinyatakan seorang komunikator merupakan tanggung jawabnya terhadap komunikan dalam suasana situasi tertentu.
2.  Empati;
Perasaan empati ialah kemampuan seorang komunikator untuk menerima dan memahami orang lain seperti ia memahami dirinya sendiri. Jadi ia berpikir, merasa, berbuat terhadap orang lain sebagaimana ia berpikir, merasa dan berbuat terhadap dirinya sendiri.
3.  Memberi dukungan
Memberi dukungan ialah suatu situasi kondisi yang dialami komunikator dan komunikan terbebas atmosfir ancaman, tidak dikritik dan ditantang.
4.  Merasa seimbang;
Merasa keseimbangan ialah suatu suasana yang adil antara komunikator dan komunikan dalam hal kesempatan yang sama untuk berpikir, merasa dan bertindak
Strategi Peningkatan Komumikasi Antar Budaya
  • Mengenali diri sendiri.
  • Menggunakan kode atau bahasa yang sama.
  • Menunda penilaian dan memberi cukup waktu pada orang lain untuk mencapai tujuannya.
  • Memperhitungkan lingkungan fisik dan manusia.
  • Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
  • Mendorong feedback ( Umpan balik ).
  • Mengembangkan empati.
  • Mencari persamaan-persamaan diantara kebudayaan - kebudayaan yang berbeda.
BAB III
PENUTUP

1.    KESIMPULAN
Komunikasi merupakan suatu proses budaya. Komunikasi antarbudaya dapat terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Ada dua konsep utama yang mewarnai komunikasi antarbudaya (interculture communication), yaitu konsep kebudayaan dan konsep komunikasi. Komunikasi memiliki 2 fungsi yaitu fungsi pribadi seperti menyatakan identitas sosial, menyatakan integrasi sosial, menambah pengetahuan, melepaskan diri atau jalan keluar dan fungsi sosial seperti  pengawasan, menjembatani, sosialisasi nilai, menghibur. Komunikasi juga memiliki hambatan yang berdefinisi segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Keefektifan dalam berkomunikasi akan terjadi apabila terdapat persamaan makna pesan antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi Antar Budaya terjadi karena alasan yang bermacam-macam. Komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti, maka masalah atau kesulitan dapat terjadi dari semua pihak. Oleh sebab itu diperlukannya suatu cara  atau  strategi untuk menyamakan perbedaan dan persepsi dalam Komunikasi Antar budaya  tersebut, untuk itu perlu adanya rasa saling menghormati dalam berkomunikasi antar budaya.
2.        SARAN
Komunikasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan hidup bermasyarakat. Terutama pentingnya komunikasi yang efektif ketika diantara individu memiliki perbedaan baik itu dalam segi bahasa tingkah laku atau pun budaya. Kita harus terus mengingat dan sadar kembali akan pandangan bangsa Indonesia dalam menanggapi keanekaragaman budaya tersebut yaitu bhinneka tunggal ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetap satu jua. Sebagai mahasiswa yang cerdas kita perlu memahami dan mendalami lebih lanjut mengenai konsep komunikasi, apalagi jika kita hendak berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda kebudayaan dengan kita. Untuk itu, wawasan yang luas dengan membaca buku dari berbagai referensi sangat di butuhkan dalam hal ini agar kita tidak buta komunikasi.




DAFTAR PUSTAKA

 Mulyana Deddy, Rakhmat Jalaluddin. Komunikasi antarbudaya (panduan berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya). Bandung: PT remaja rosdakarya, 2003
Nurudin. Sistem komunikasi Indonesia. Jakarta: PT raja Grafindo persada 2008
Cangara Hafied. pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT raja Grafindo persada 2003
        iliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
         Andriana, LusianaLubis. Komunikasi Antar Budaya. Pdf. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi :Universitas Sumatera. 2005.
         http://www. repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2733/1/Draf%20Jurnal.pdf
         http://arjaenim.blogspot.com/2013/01/komunikasi-antar-budaya.html

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

zuliyasuryacitra

zuliya citra. Diberdayakan oleh Blogger.
 

Bungahku

Selamat Menikmati

 

zuliyacitra.blogspot.co.id

...........

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger